Friday, December 6, 2013

Sedikit cemas, Banyak rindu

Sedikit cemas sore ini.
Mungkin karena masih belum sepenuhnya bisa melepaskan.
Hujannya sedikit tertahansore ini.
Hujannya sedikit ragu sore ini.
Ya, hujan bogor memang selalu ragu seperti layaknya posisi orografisnya.
Sedikit cemas sore ini.
Mungkin karena masih belum sepenuhnya menerima kenyataan..
Seperti cucian menumpuk yang menunggu kering.
Tak akan kunjung kering jika cuacanya terus-terusan sendu seperti sore ini.
Banyak rindunya sore ini.
Rindu menyentuh celana yang basah karena kehujanan.
Meski menambah lagi cucian kotor yang menumpuk.
Rindu melihat bekas cetakan bantal seperti baru bangun tidur.
Rindu sapaan di pagi hari dengan rambut basah dan senyum termanis.
Mungkin hanya aku yang rindu.
Banyak rindunya sore ini.
Seperti anak rantau yang jarang sekali singgah kepelukan ibu.
Padahal jarak rumah hanya 2 jam bukan 2 malam.
Ah terlampau padat jadwal ini.
Sepadat perjalanan menuju kampung halaman.
Banyak rindunya sore ini.
Sedikit cemas sore ini.
Mungkin hanya sore ini.

Semoga.

Sunday, November 24, 2013

Kenapa masih menunggu? Sampai kapan ingin menunggu?

Kenapa masih menunggu?" tanya mu suatu saat. Aku tersedak. Bingung, entah apa yang harus aku jawab. Meski jawabanku singkat, karena hanya ingin menunggumu saja. Tanpa alasan yang jelas. Tapi pertanyaanmu itu membuatku berfikir, apa karena kamu tak ingin ditunggu, sehingga kamu tanyakan itu padaku atau karena kamu begitu ingin tahuketertarikan apa yang membuatku selalu menunggumu. Aku tak tahu. Yang jelas, aku tak akan menjawab pertanyaanmu dibagian ini. Aku tak tahu kenapa.
Sampai kapan ingin menunggu?" Tiba-tiba kamu mengganti pertanyaanmu kepadaku. Kepalaku semakin pusing dibuat olehmu. Menjawab sebuah pertanyaan yang aku sendiri tak tahu kenapa malah memilih menunggumu ini sangatlah sulit. Pun aku sendiri tak tahu sejak kapan aku menunggu dan sampai kapan aku akan mengakhirinya. Perasaan menunggu ini mengalir begitu saja. Mungkin memang sudah takdirku menjadi penunggu. Dan memang aku menunggu. Tapi aku harus memutuskan sampai kapan, aku tahu kamu bukanlah tipe orang yang mengalir. Hidupmu penuh strategi. Hidupmu penuh perencanaan-perencanaan yang matang. Maka, aku putuskan untuk menunggu sampai perasaan ini hilang dengan sendirinya dan sampai pada akhirnya aku tahu bahwa sebenarnya kamu tak ingin ditunggu olehku.
Kemudian, kamu mengatakan bahwa sepertinya kamu belum terlalu siap untuk berjanji.
Aku mati rasa, apa yang sebenarnya sedang kamu bicarakan? Apakah ini petanda kamu menginginkan aku tak menunggumu? Atau kamu masih akan menyuruhku untuk terus bersabar dan kembali menunggumu dengan tenang? Aku tak pernah memaksa kamu untuk membalas perasaanku. Aku tak pernah memaksamu untuk berada disamping kananku dan menyudahi penantianku. Seperti tenggelam dalam penantian sendiri.
Kemudian, kamu mengatakan bahwa kamu berharap semua mendapatkan yang terbaik dan kamu memang belum siap untuk terikat. Kamu sedang mengevaluasi diri. Kamu sedang berkonsentrasi untuk memperbaiki diri sendiri dengan matang. Kamu sedang mempersiapkan masa depanmu dengan baik.
Aku terdiam, mungkin kamu memang tak akan pernah membalas penantianku. Mungkin. Tapi aku belum bisa mengakhiri menunggumu. Ini belum sampai batas waktu aku menunggumu. Aku belum bisa menghilangkannya dari hatiku, dari kebiasaanku, dan dari doaku. Aku masih akan menunggu meski aku tak akan tahu lagi siapa yang aku tunggu.
Akhirnya aku menjawab kata-katamu tadi "Semoga Sukses" sambil tersenyum semanis mungkin meski sebenarnya kamu pun tahu ada sedikit pahit didalamnya.
Lalu aku tak bisa mendeskripsikan wajahmu. Datar. Kemudian aku berbalik dan sebisa mungkin aku tak akan kembali menoleh untuk melihat wajahmu. Aku akan menunggu dengan senyum semanis mungkin sampai bisa menghilangkanmu dari doa malamku.

MAAF

Kata maaf.
Mungkin ini menjadi kata terakhir yang ku ucapkan padamu.
Mungkin aku akan kembali menjadi diam.
Bersembunyi dibalik perasaan yang terpendam.
Mungkin aku sudah terlalu lelah merasakan kehilangan kemudian pergi mencarimu.
Mungkin aku sudah terlalu banyak tahu bahwa kau tak pernah merasakan kehilangan dan tak pernah mencariku.
Mungkin aku terlalu lelah mengejarmu yang semakin menjauh.
Aku akan berjalan ketika kau berlari.
Aku akan diam ketika kau berjalan.
Aku akan memejamkan mata ketika kau diam, berpura-pura tidak tahu.
Tidak ada keterpaksaan.
Aku akan membiarkanmu.
Kata Maaf.
Mungkin hanya sekedar 4 huruf yang memuat makna yang berat.
Tak ada alasan yang pasti ketika ingin mengucapkannya.
Yang jelas 4 huruf ini diucapkan ketika melakukan kesalahan.
Mungkin aku salah sudah terlalu sering mengucapkan sesuatu yang sangat jujur kepadamu sehingga kau menjauh.
Kata maaf.
Mungkin ini yang terakhir.
Anggap saja kita tak saling kenal.

Terima Kasih.

Saturday, April 27, 2013

Dwitasari :): Belajar Melepaskan

Dwitasari :): Belajar Melepaskan: Kamu mengenalkan namamu begitu saja, uluran tanganmu dan suara lembutmu berlalu tanpa pernah kuingat-ingat. Awalnya, semua berjalan sederhana...

Thursday, March 14, 2013

Endah n Rhesa - When You Love Someone




Selamat Menghilang


Hai, yang baru saja menutup hati tanpa celah.
Selamat menghilang kembali.
Sudah lama tak merasakan hal seperti ini.
Jadi terasa kembali.
Meski tak sesakit biasanya.
Meski tak ada tangis seperti biasanya.
Hanya tersisa senyum dan bahagia.
Terima kasih.
Hai, yang baru saja menggertarkan relung jiwa yang kaku.
Selamat menghilang kembali.
Aroma tubuh yang terhirup dimanapun semakin memudar.
Ketika bahu ini tersentuh.
Senyum yang seperti biasanya.
Rasanya seperti terkejut sengat listrik meski besaran voltnya tak terlalu besar.
Hai, yang dulu pernah hilang lalu kembali lagi.
Selamat menghilang kembali.
Tak ingin mengulang kesalahan yang sama.
Ketika merasa seperti mimpi buruk setiap malam.
Kata-kata yang sembarangan, tak beraturan.
Slenco.
Ketika menghindar itu bukan satu tindakan yang benar.
Ya, kesalahan ada pada hati yang berdegup lebih cepat pertama kali.
Kata-kata yang menenangkan dulu.
Terlalu jujur itu bukan perkara baik.
Langsung terbawa emosi juga tak pantas.
Cepat menyerah juga bukan gaya yang cocok.
Bahasa yang nyaman dan mudah diterima.
Meski berat dan penuh kata-kata yang sulit ditangkap oleh neuron kecil disini.
Hei, aku masih mengingatnya.
Semoga kau lupa.
Terima kasih ^^